Santrihub.or.id – Awal masuk SMA aku (Alvin Ardiansyah) dan teman-teman diperkenalkan dengan klub belajar. Ada Klub Matematika, Klub Fisika, Klub Kimia, Klub Astronomi, dan lain-lain. Klub-klub ini bertujuan untuk mempersiapkan Olimpiade Sains Nasional. Aku sendiri memilih untuk bergabung di Klub Fisika karena ada ajakan dari teman dan memang aku sangat tertarik dengan ilmu ini. Aku melihat berita bahwa salah satu perwakilan Indonesia di ajang IPhO(International Physics Olympiad) yaitu Michael Gilbert meraih medali emas dan mendapatkan beasiswa sampai S3. Oleh sebab itu, aku termotivasi untuk menjadi juara internasional agar mendapat beasiswa juga. Motivasi juga datang dari Guru BK yang berkata “Dulu ada siswa dari desamu yang mendapat medali perunggu OSN Kimia”. Aku pun sangat bersemangat untuk belajar kala itu.
Pertemuan pertama Klub Fisika aku langsung diberi soal latihan olimpiade dan dijelaskan solusinya, tetapi aku hanya terdiam dan tidak mengerti sama sekali. Walaupun begitu aku tetap bersemangat. Aku belajar dari buku LKS, aku pahami setiap teori dan aku kerjakan soal-soal latihannya. Setiap satu soal yang bisa aku kerjakan rasanya aku bahagia sekali, setelah berpikir susah-susah akhirnya ketemu
jawabannya. Klub masih rutin diadakan dan tetap saja aku tidak paham walaupun sebelumnya sudah belajar. Ulangan fisikaku juga dapat nilai yang kurang sehingga aku harus mengikuti remidi. Sempat terpikir olehku untuk tidak ikut Klub Fisika lagi, tetapi niatku sudah matang sehingga walaupun aku tidak paham apa yang diajarkan aku tetap mengikuti Klub Fisika. Aku terus belajar dan mencari soal-soal latihan OSN. Soal-soal tersebut kebanyakan dari Yohannes Surya, seorang fisikawan
Indonesia. Waktu berlalu dan hari yang ditunggu sudah dekat. Aku semakin giat belajar dan bimbingan Klub Fisika juga semakin intensif. Aku sangat siap menghadapi OSK(Olimpiade Sains Kabupaten) Tahun 2017. Akhirnya tiba saatnya yang dinanti-nanti. Aku pun masuk kelas bersama temanku kemudian soal dibagikan. Aku sempat gugup untuk mengerjakannya. Ternyata soalnya sangat sulit walaupun hanya ada 7 soal. Aku kerjakan dengan penuh keseriusan. Setelah selesai, aku langsung bertanya-tanya kepada teman-temanku yang juga mengikuti OSK. Malam hari setelah OSK, solusi OSK dibagikan dan alangkah terkejutnya diriku bahwa satu- satunya jawaban yang aku yakini benar ternyata salah. Aku pun pesimis terhadap hasilku dan tidak yakin dapat melaju ke OSP(Olimpiade Sains Provinsi).
Pengumuman pun datang setelah beberapa hari menunggu, dan benar aku tidak terpilih menjadi perwakilan kabupaten untuk melaju ke OSP, tetapi aku senang karena temanku yang bernama Adri dan kakak kelasku terpilih menjadi perwakilan kabupaten. Dari sini aku menyimpulkan bahwa kelemahan diriku adalah kurang teliti sehingga dapat menjadi pelajaran bagiku sendiri untuk mengahadapi OSN tahun depan, Tahun 2018. Setelah itu aku agak jarang belajar untuk OSN. Suatu ketika guru fisikaku, Pak Nawawi menelponku dan memintaku untuk mengikuti bimbingan OSN selama seminggu di Universitas Jember bersama dengan temanku yang lolos OSK dan teman Klub Fisika, tanpa ragu, aku mengiyakannya. Selama di Jember aku mendapat banyak sekali pelajaran dan motivasi. Aku yakin bahwa tahun depan aku bisa lolos ke OSN 2018. Dengan pd-nya aku mengabarkan hal ini ke Adri. Temanku, Adri yang mengikuti OSP ternyata tidak lolos, tetapi masih ada kesempatan lagi. Liburan kenaikan kelas aku tetap belajar fisika dan ini adalah momen yang paling tepat karena tidak ada tugas dari sekolah sehinnga lebih leluasa. Aku mengerjakan soal-soal dari Marthen Kanginan dan Yohannes Surya serta soal-soal OSN tahun sebelumnya. Saat kelas 2 SMA aku masih berkutik dengan fisika bahkan aku mulai mengabaikan pelajaran-pelajaran lain. Libur semester aku tetap belajar dan masih bersemangat karena aku selalu ingat tujuanku yaitu, meraih medali di ajang IPhO agar mendapat beasiswa. Beberapa hari sebelum diadakannya OSK aku sangat giat belajar. Saat bertanding di OSK aku sangat yakin aku bisa. Beberapa hari setelah OSK aku didatangi Pak Nawawi “Selamat ya Vin ! kamu peringkat 2 OSK” aku sangat senang mendengar itu dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku dan teman-temanku yang lolos ke OSP termasuk Adri, diberikan pelatihan di Malang selama 5 hari. Setelah itu, kami tetap dibimbing di sekolah dan karena ini aku ketinggalan pelajaran yang lain. Sebelum OSP diselenggarakan, diadakan tryout untuk memprediksi siswa yang berpotensi besar lolos. Alangkah terkejutnya diriku karena aku masuk 10 besar tryout OSP. OSP pun dimulai aku mengerjakannya semaksimal mungkin. Aku sangat berharap agar dapat lolos ke OSN. Satu bulan kemudian diumumkan nama-nama peserta OSN, aku lihat namaku dan temanku, Adri tercantum di dalamnya. Aku sangat bersyukur karena menjadi peserta OSN adalah suatu hal yang luar biasa. Aku dan peserta OSN lainnya dari Jawa Timur diberi pelatihan terpusat sebanyak tiga kali. Salah satu pelatihan terpusat sekaligus untuk memberangkatkan peserta OSN yang berasal dari Jawa Timur ke Padang, Sumatera Barat. Hari pertama di Padang aku sangat Bahagia karena ayahku jauh-jauh dari Tanjung Pinang datang menemuiku. Hari kedua OSN adalah pembukaan, banyak penampilan anak-anak berprestasi. Hari ketiga adalah tes praktikum. Pada tes praktikum aku hanya dapat mengerjakan sedikit. Hari keempat adalah tes teori. Kebetulan salah satu soal teori mirip dengan yang aku pelajari malamnya. Hari kelima adalah jalan-jalan di Bukittinggi. Hari keenam adalah pengumuman peraih medali OSN. Saat itu dihadiri juga oleh Menteri Pendidikan Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P. . Satu persatu peraih medali mulai dipanggil dan maju ke depan, hatiku berdebar-debar menanti apakah aku dipanggil atau tidak. Akhirnya aku dipanggil, perasaanku sangat Bahagia sekali saat itu, tetapi saat di depan aku berpikir “Aku memang dipanggil atau tidak ya, gimana kalua bukan aku”. Aku tidak yakin kalau aku dipanggil, tetapi kemudian guru fisikaku, Pak Nawawi datang menemuiku untuk memberi ucapan selamat, akhirnya aku tidak ragu. Setelah sekian lama aku menanti akhirnya aku mendapat medali walaupun hanya medali perunggu rasanya semua usahaku sudah terbayarkan. Ternyata bukan hanya medali dan uang yang aku dapat dari OSN, tetapi juga ada tawaran masuk UI dan bahkan kepolisian.