Santrihub.or.id – Hamzah Alfarisi, salah satu santri alumnus Madrasah Manbaul Falah Kabupaten Rembang, Jawa Timur dan merupakan salah satu mahasiswa IPB yang sedang menempuh pendidikan S3 fisiologi dan farmakologi di IPB University. Lahir di Rembang pada tanggal 18 Juli 1995. Beliau merupakan salah satu mahasiswa IPB yang memiliki latar belakang seorang santri. Adanya dedikasi agama islam yang telah didapatkan sejak kecil yang mana tumbuh di lingkungan santri, tidak menyurutkan semangat untuk tetap menimba ilmu ke jenjang pendidikan umum yang lebih tinggi. Lalu bagaimana kisah Hamzah Alfarisi ketika kuliah S1 di IPB?
Hamzah dapat mengambil jurusan biologi saat S1 di IPB dengan jalur Undangan atau saat ini lebih dikenal dengan SNMPTN. Dalam memilih jurusan tentu ada beberapa alasan yang menjadi dasar bagi hamzah untuk memilih jurusan tersebut. Salah satunya yaitu ingin memberikan justifikasi atau gambaran umum untuk justifikasi hukum agar akurasi dalam fatwa itu menjadi lebih akurat. Artinya ketika terdapat permasalahan-permasalahan dalam agama yang relate dengan biologi, beliau dapat membantu menjawab dalam artian bisa memberikan gambaran untuk justifikasinya dulu. Sebagai contohnya yaitu apakah tinta cumi itu halal atau haram? Dari salah satu contoh tersebut beliau mencoba memberikan sebuah ilustrasi dan penjelasan bahwasannya tinta cumi itu keluar dari dubur namun bukan berasal dari lambung. Jadi, cumi itu memiliki organ lain yang bukan bagian dari lambung. Ketika organ itu bagian dari lambung, maka tinta itu berarti kotoran namun hal tersebut berasal dari organ lain sehingga bisa dikatakan bahwa tint aitu bukan termasuk kotoran. Secara fungsi pun, tinta cumi merupakan sebuah perlindungan diri bukan kotoran. Dari contoh tersebut kita bisa memberikan kontribusi atau gambaran secara ilmiah untuk menjustifikasi hukum.
Selama menempuh pendidikan sarjana di IPB, beliau sangat aktif di organisasi terutama di Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) IPB. Mulai dari tingkat pertama masuk kuliah menjadi ketua angkatan hingga pada tingkat 4 menjadi presidium nasional di KMNU nasional. Tidak kalah dengan S2 dan S3-nya, beliau juga mempublikasikan jurnal-jurnal yang dihasilkan. Salah satunya berjudul “Polyphenol Profile, Antioxidant and Hypoglycemic Activity of Acalypha hispida Leaf Extract” yang dipublikasikan dalam Indian Journal of Pharmaceutical Sciences. Sebenarnya masih banyak jurnal yang belum disebutkan yaaa…jadi, semakin terinspirasi ngga nih biar seperti mas Hamzah ini??? Tentu dong ya…Lalu temen-temen tau nggak kenapa santri itu harus berprestasi?
Menurut pendapat dari Kak Hamzah, santri ini masih dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Banyak sekali yang masih beranggapan bahwa santri itu identik dengan kotor, polos, tidak memiliki pikiran progresif, tidak memiliki pemikiran yang kekinian (up to date), santri itu banyak yang terkena scabies, kudis, atau gudik. Oleh karena itu, harus dibuktikan bahwa santri itu sama seperti orang lain juga tapi santri itu memiliki nilai lebih/positif. Karena apa? Karena dia punya bekal agama yang lebih yang mana sebagai penyeimbang. Jika dia berhasil menjadi orang yang sukses, dia itu punya karakter seorang santri yang harus berkembang. Hal tersebut tentu berbeda dengan orang yang tidak pernah nyantri. Artinya, peluang dia untuk korupsi, penyelewengan jabatan itu lebih tinggi dibanding santri. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang santri yang akan melanjutkan pendidikan baik S1 bahkan sampai S3, yaitu sebagai berikut:
- Memilih jurusan yang tepat yang mana dia sukai. Jangan memilih jurusan yang asal karena dikhawatirkan ketika kuliah nanti menjadi tidak serius. Yang passionnya dimana, itulah yang dipilih/didaftar. Jangan asal masuk
- Jaga profesionalitasnya. Artinya kita tidak boleh membawa kebiasaan buruk kita ketika di pesantren. Kita harus membiasakan untuk disiplin dan tepat waktu.
- Nilai/value yang diperoleh di pesantren atau ngaji di rumah harus dibawa. Jangan sampai ketika keluar dari pesantren, justru malah hura-hura. Artinya dia merasa free sehingga dia tidak memegang lagi nilai-nilai value itu. Dan itu banyak di kampus bahkan mereka menjadi tidak aktif lagi karena mereka merasa sudah tidak mengaji lagi.