Mengembangkan diri dalam dunia perkuliahan secara softskill maupun hardskill hingga mendapatkan beasiswa merupakan impian sebagian santri. Namun, sebagian lainnya beranggapan remeh mengenai hal tersebut dengan alibi bisa hidup berkecukupan dengan mengaji dan mengajar, tidak salah memang stigma seperti itu karena setiap manusia memiliki impian dan jalan hidupnya masing-masing.
Ingatkah kalian dengan peristiwa sejarah bambu runcing dalam revolusioner negara Indonesia? Yap. Sejarah yang menyebutkan bahwa bambu runcing tersebut telah didoakan oleh Kiai Subkhi asal Temanggung. Dalam perang tersebut Kiai Subkhi dibantu oleh para santrinya melawan penjajahan Tanah Air. Setiap guru ingin menjadikan anak didiknya melebihinya, kelak dengan bangga akan berkata “Dulu, Insinyur di atas panggung itu santriku.”
Jaman dahulu memang jauh dari teknologi digital masa kini, seiring berjalannya waktu sebagai santri jaman now harus berupaya menyesuaikan perkembangan teknologi agar tidak gaptek. Sangat membanggakan apabila melihat santri lihai dalam menguasai ilmu positif di luar pengajaran Pondok Pesantren. Mengikuti era yang ada kita pasti terdorong untuk memahami digitalisasi.
Selagi mengemban ilmu perkuliahan keutamaan menjadi mahasiswa yaitu, dapat berpikir kritis, dan juga tempat mengasah skill. Masa muda memasuki kepala dua dengan title masa quarter life crisis itu dapat digunakan sebaik mungkin. Membentengi diri dengan hal kecil, lingkungan pertemanan dapat mempengaruhi kehidupan perkuliahan, maka carilah teman yang sesuai denganmu agar dapat meraih impian bersama.
Keuntungan lain sebagai mahasiswa yaitu, dapat mendapatkan peluang kerja lebih baik. Mengemban ilmu tidaklah murah dalam perguruan tinggi, kecuali mereka yang mendapatkan beasiswa maupun dibesarkan dari perekonomian menengah. Melihat beberapa start up maupun perusahaan lainnya pastilah mencari kualifikasi pekerja bagus memiliki ilmu dan pengalaman mumpuni. Sebagai mahasiswa akan sangat berguna dari pengalaman yang didapatkan selama kuliah karena banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan menghabiskan jatah gagal.
Menjadi santri memang membanggakan dengan sejarah sumbangsih bagi kemerdekaan mengharumkan nusa, bangsa, dan negara, lalu bagaimana dengan mahasantri? Tentu lebih membanggakan. Tunggu apalagi, buruan daftarkan dirimu menjadi mahasantri penerang masa depan.
Penulis: Astria Rachmawati
Editor: Ahmad Rifai Alamsah